Guys, pernah nggak sih kalian ngalamin momen menegangkan pas lagi nonton berita atau lihat di media sosial tentang banjir bandang? Kejadiannya itu tiba-tiba, air datang deras banget, bawa apa aja yang ada di depannya. Bikin merinding deh pokoknya. Nah, di artikel ini, kita bakal ngobrolin lebih dalam soal apa itu banjir bandang, kenapa bisa terjadi, dan yang paling penting, gimana cara kita bisa lebih siap menghadapinya. Bukan cuma sekadar tontonan aja, tapi ini soal keselamatan kita semua, lho. Banjir bandang, atau yang sering juga disebut air bah, itu beda banget sama banjir biasa. Kalau banjir biasa itu air naik perlahan, nah kalau banjir bandang ini datangnya kayak monster, cepet banget dan arusnya kenceng parah. Bayangin aja, air yang tadinya tenang di sungai, tiba-tiba meluap dan nyapu semuanya. Makanya, penting banget buat kita paham betul apa itu banjir bandang dan dampaknya. Nggak cuma di Indonesia, banjir bandang ini juga jadi ancaman global, guys. Di berbagai belahan dunia, kejadian serupa sering banget dilaporkan, apalagi di daerah pegunungan atau daerah aliran sungai yang curam. Makanya, topik ini bukan cuma buat kita yang tinggal di daerah rawan, tapi buat semua orang yang peduli sama lingkungan dan keselamatan. Yuk, kita bedah lebih tuntas biar nggak kaget lagi kalau sewaktu-waktu ada tanda-tanda bahaya.
Apa Itu Banjir Bandang?
Jadi, apa sih sebenarnya banjir bandang itu? Ini bukan sekadar hujan deras yang bikin selokan meluap, ya. Banjir bandang itu adalah fenomena alam di mana air sungai tiba-tiba meluap dengan volume yang sangat besar dan kecepatan arus yang luar biasa tinggi. Bayangkan, air yang tadinya mengalir tenang di dasar sungai, tiba-tiba bisa naik dan menyapu bersih apa pun yang ada di jalurnya. Arus deras ini nggak cuma bawa air, tapi juga material lain seperti lumpur, batu-batuan, batang pohon, bahkan puing-puing bangunan. Makanya, dampaknya itu bisa sangat merusak. *Penyebab utama banjir bandang* biasanya berkaitan dengan curah hujan yang ekstrem dan durasi yang sangat panjang, terutama di daerah hulu sungai yang topografinya curam. Ketika hujan deras mengguyur hutan gundul atau lahan yang tidak mampu menyerap air dengan baik, air akan mengalir deras ke sungai. Kalau kapasitas sungai nggak memadai, terjadilah luapan. Selain itu, fenomena alam seperti badai atau siklon tropis juga bisa memicu banjir bandang di daerah pesisir. Di Indonesia sendiri, yang notabene punya banyak wilayah pegunungan dan daerah aliran sungai, banjir bandang jadi ancaman serius. Kita sering dengar berita soal desa yang terendam, jembatan putus, atau bahkan korban jiwa akibat kejadian ini. Penting banget buat kita tahu perbedaannya dengan banjir biasa. Kalau banjir biasa itu airnya naik pelan-pelan, kita masih punya waktu untuk evakuasi atau menyelamatkan barang. Tapi kalau banjir bandang, waktu kita sangat sempit, bahkan hampir tidak ada. Airnya datang tiba-tiba, dan arusnya itu luar biasa kuat. *Kekuatan arus banjir bandang* bisa menghancurkan bangunan, menggeser kendaraan, dan membahayakan nyawa siapa saja yang berada di dekatnya. Makanya, kesiapan dan kewaspadaan itu jadi kunci utama. Kita nggak bisa menganggap remeh fenomena ini, guys. Memahami karakteristiknya adalah langkah awal untuk bisa menghadapinya dengan lebih baik.
Penyebab Terjadinya Banjir Bandang
Nah, sekarang kita bedah nih, kenapa sih banjir bandang bisa terjadi? Sebenarnya, ada beberapa faktor utama yang saling berkaitan dan memicu fenomena alam yang menakutkan ini. Yang pertama dan paling sering jadi biang kerok adalah curah hujan ekstrem. Bayangin aja, hujan yang turun bukan cuma deras, tapi lebat banget dan berlangsung berjam-jam, bahkan berhari-hari. Kalau curah hujan begini terjadi di daerah hulu sungai yang tebingnya curam dan hutannya sudah gundul, waduh, siap-siap aja. Air hujan yang nggak bisa diserap tanah akan langsung lari ke sungai. Kapasitas sungai yang tadinya normal, tiba-tiba harus menampung volume air yang jauh lebih besar. Ibaratnya, selokan kecil dikasih air bah dari hydrant, ya pasti meluap parah! Faktor penting lainnya adalah kondisi tutupan lahan. Di daerah pegunungan atau perbukitan, keberadaan hutan itu krusial banget, guys. Hutan itu kayak spons alami yang bisa nyerap air hujan. Akar pohon juga membantu menjaga tanah supaya nggak gampang longsor. Nah, kalau hutannya udah ditebangin buat perkebunan, pemukiman, atau dijual kayunya, tanah jadi gampang tergerus air. Air hujan langsung mengalir deras ke sungai tanpa ada yang menahan. Ini yang bikin volume air di sungai meningkat drastis dalam waktu singkat. Makanya, isu *deforestasi dan dampaknya terhadap banjir* itu bukan isapan jempol belaka. Selain itu, ada juga faktor kerusakan daerah aliran sungai (DAS). DAS itu ibaratnya urat nadi sungai. Kalau DAS-nya rusak, misalnya banyak sampah yang menyumbat aliran sungai, atau tepian sungai yang dibangun tanpa perhitungan, ya pasti gampang banjir. Material sampah dan endapan lumpur ini mengurangi kedalaman dan lebar sungai, jadi kapasitasnya makin kecil. Pas hujan deras, air gampang banget luber. Nggak jarang juga, banjir bandang dipicu oleh faktor geologis, seperti longsoran di hulu sungai. Longsoran besar bisa membentuk bendungan alami di sungai. Ketika bendungan ini jebol, air yang tertahan di belakangnya akan tumpah ruah secara tiba-tiba, menciptakan gelombang besar yang dikenal sebagai banjir bandang. Jadi, bisa dibilang banjir bandang itu adalah kombinasi dari intensitas hujan yang luar biasa, kondisi alam yang rentan, dan seringkali juga ulah manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan. Makanya, menjaga kelestarian hutan dan sungai itu penting banget, guys, demi keselamatan kita bersama.
Dampak Banjir Bandang yang Mengerikan
Guys, kalau sudah ngomongin dampak banjir bandang, jujur aja bikin merinding. Ini bukan sekadar rumah kebanjiran atau jalanan tergenang, tapi dampaknya itu bisa sangat luas dan menghancurkan. Yang paling utama dan paling kita takuti pastinya adalah korban jiwa. Arus banjir bandang yang super deras itu bisa menyeret apa saja, termasuk manusia. Kehilangan orang tersayang dalam sekejap mata karena bencana alam itu sungguh pukulan berat yang nggak terbayangkan. Selain korban jiwa, ada juga kerusakan infrastruktur yang masif. Jembatan bisa putus, jalanan hancur lebur, rumah-rumah roboh tak bersisa, sekolah, fasilitas umum, semuanya bisa jadi korban keganasan air bah. Bayangin aja, biaya untuk membangun kembali semua itu nggak sedikit, dan butuh waktu lama. Belum lagi kerusakan lingkungan. Banjir bandang bisa mengikis tanah, merusak lahan pertanian yang jadi sumber pangan, dan mencemari sumber air bersih. Material bawaan banjir seperti lumpur dan sampah juga bisa menutupi lahan, membuatnya tidak bisa ditanami dalam jangka waktu tertentu. *Dampak ekonomi banjir bandang* juga nggak main-main, lho. Mulai dari hilangnya mata pencaharian warga yang tadinya bertani atau berdagang, sampai kerugian materiil akibat rusaknya barang-barang berharga di rumah. Biaya pemulihan pasca-bencana juga sangat besar, baik untuk pemerintah maupun masyarakat. Nggak jarang, bencana ini membuat masyarakat harus mengungsi dan memulai hidup dari nol. Trauma psikologis yang dialami korban juga perlu perhatian khusus. Kehilangan rumah, harta benda, dan bahkan anggota keluarga bisa meninggalkan luka batin yang mendalam. *Pemulihan pasca-bencana banjir bandang* itu nggak cuma soal membangun fisik, tapi juga memulihkan mental dan sosial masyarakat. Jadi, dampaknya itu benar-benar komprehensif, menyentuh semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya banjir bandang dan upaya mitigasinya itu bukan cuma pilihan, tapi sebuah keharusan.
Peringatan Dini Banjir Bandang
Penting banget nih, guys, kita ngomongin soal peringatan dini banjir bandang. Kenapa? Karena kalau kita tahu lebih awal, kita bisa punya waktu buat nyiapin diri, evakuasi, atau minimal mengurangi dampaknya. Ini bukan soal panik, tapi soal kesiapan dan keselamatan. Jadi, gimana sih cara kita bisa dapat info peringatan dini ini? Pertama, kita perlu *memantau informasi cuaca*. Badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) atau lembaga serupa di negara lain itu sering banget ngasih info soal potensi hujan lebat. Kalau BMKG udah ngeluarin peringatan potensi cuaca buruk atau hujan ekstrem di daerah kita, nah itu bisa jadi sinyal awal. Penting banget buat selalu update info dari sumber terpercaya. Kedua, kita bisa manfaatin sistem peringatan dini berbasis komunitas. Di beberapa daerah rawan bencana, biasanya udah dibentuk tim siaga bencana atau ada sistem pemantauan lokal. Misalnya, ada pos pantau ketinggian air sungai, atau ada petugas yang patroli. Kalau ada tanda-tanda air naik drastis, mereka bakal ngasih tahu warga lewat pengeras suara, kentongan, atau pesan singkat. Ini cara yang efektif banget karena informasinya cepat sampai ke telinga warga yang paling berisiko. Ketiga, kita juga perlu memperhatikan tanda-tanda alam. Walaupun nggak semua orang bisa 'baca alam', ada beberapa hal yang bisa kita amati. Misalnya, air sungai tiba-tiba berubah warna jadi keruh kecoklatan, ada suara gemuruh dari arah hulu sungai, atau hewan-hewan di sekitar sungai tiba-tiba pada panik dan menjauh. Tanda-tanda ini bisa jadi indikasi awal adanya pergerakan air atau material di hulu yang berpotensi jadi banjir bandang. Keempat, perkembangan teknologi juga sangat membantu. Sekarang udah banyak aplikasi smartphone yang ngasih info kebencanaan real-time. Ada juga *sensor-sensor otomatis* yang dipasang di sungai-sungai besar yang bisa ngasih peringatan kalau ketinggian air sudah melewati batas aman. Tapi, nggak semua daerah punya akses teknologi canggih ini. Jadi, kombinasi dari info resmi, sistem lokal, dan kejelian mengamati alam itu penting banget. Ingat, guys, dapat info peringatan dini itu satu hal, tapi meresponsnya dengan cepat dan tepat itu yang lebih krusial. Jangan tunda-tunda kalau memang sudah ada tanda bahaya.
Teknologi Pendukung Peringatan Dini
Di zaman serba canggih ini, teknologi pendukung peringatan dini banjir bandang itu jadi garda terdepan buat ngasih kita info. Udah nggak zamannya lagi kita cuma mengandalkan kentongan doang, meskipun itu juga masih penting sih. Salah satu teknologi yang paling keren itu adalah sistem pemantauan hidrologi dan meteorologi. BMKG misalnya, mereka punya jaringan stasiun pengukur curah hujan, ketinggian air sungai, dan kecepatan angin yang tersebar di banyak titik. Data ini dikirim secara *real-time* ke pusat data, terus dianalisis pakai model komputer canggih buat prediksi kapan dan di mana banjir bandang berpotensi terjadi. Makin akurat datanya, makin tepat juga prediksinya. Selain itu, ada juga pemanfaatan citra satelit dan drone. Satelit bisa ngasih gambaran luas tentang kondisi tutupan lahan, kepadatan hutan, dan bahkan mendeteksi adanya perubahan morfologi sungai atau potensi longsor di daerah hulu. Drone juga bisa dipakai buat survei area yang sulit dijangkau atau buat memantau langsung kondisi di lapangan saat ada potensi bencana. Nah, yang nggak kalah penting itu sistem komunikasi dan diseminasi informasi. Percuma kan punya data canggih kalau nggak bisa sampai ke masyarakat? Teknologi kayak SMS broadcast, aplikasi mobile peringatan dini, hingga media sosial itu jadi alat yang ampuh buat nyebarin informasi. *Pesan peringatan dini yang efektif* itu harus jelas, singkat, dan kasih tahu apa yang harus dilakukan warga. Nggak cuma itu, ada juga *aplikasi pemodelan banjir* yang bisa mensimulasikan bagaimana air akan bergerak dan area mana saja yang akan terdampak. Ini sangat membantu para pengambil keputusan untuk merencanakan evakuasi dan penanganan darurat. Terakhir, jangan lupakan sensor-sensor IoT (Internet of Things). Sensor-sensor ini bisa dipasang di berbagai titik kritis, misalnya di bendungan, pintu air, atau di aliran sungai. Kalau ada anomali, misalnya ketinggian air naik mendadak, sensor ini bakal langsung ngirim notifikasi. Semua teknologi ini saling melengkapi, guys. Tujuannya satu: memberikan informasi secepat dan seakurat mungkin supaya kita semua bisa lebih siap menghadapi ancaman banjir bandang.
Peran Komunitas dalam Mitigasi
Ngomongin soal kesiapan bencana, peran komunitas dalam mitigasi banjir bandang itu nggak bisa diremehin, guys. Malah, seringkali merekalah yang jadi garda terdepan. Kenapa? Karena mereka yang paling paham kondisi lokal, paling tahu siapa aja tetangga yang butuh bantuan, dan paling cepat bereaksi kalau ada apa-apa. Salah satu peran paling krusial dari komunitas adalah membentuk tim siaga bencana. Tim ini biasanya diisi sama warga yang punya kepedulian tinggi, mereka dilatih soal pertolongan pertama, evakuasi, dan komunikasi darurat. Mereka ini yang jadi jembatan antara warga dengan pemerintah atau lembaga penanggulangan bencana. Terus, komunitas juga punya peran penting dalam penyebaran informasi dan edukasi. Mereka bisa jadi agen penyuluhan ke tetangga-tetangga lain soal bahaya banjir bandang, cara bikin jalur evakuasi sederhana di rumah, atau pentingnya menjaga kebersihan sungai. *Sosialisasi kesiapsiagaan bencana* di tingkat RT/RW itu bisa jauh lebih efektif kalau dilakukan oleh sesama warga. Nggak cuma itu, komunitas juga berperan dalam pemantauan dan pelaporan dini. Mereka bisa jadi mata dan telinga di lapangan. Kalau ada tanda-tanda aneh di sungai, misalnya air mulai keruh atau ada suara gemuruh, mereka bisa langsung lapor ke pihak berwenang atau ke tim siaga bencana. Inisiatif seperti membangun sistem peringatan dini sederhana pakai kentongan atau toa masjid juga sering muncul dari komunitas. Selain itu, *gotong royong dalam penanganan darurat* itu udah jadi budaya kita. Pasca-bencana, komunitas seringkali jadi yang pertama turun tangan bantu korban, baik itu evakuasi, penyediaan makanan, atau sekadar memberikan dukungan moral. Jadi, kekuatan komunitas itu luar biasa, guys. Kalau kita bisa bersatu, saling peduli, dan punya kesadaran yang sama soal mitigasi bencana, kita pasti bisa lebih tangguh menghadapi banjir bandang. Pemerintah perlu banget merangkul dan mendukung inisiatif-inisiatif yang muncul dari komunitas.
Mitigasi Banjir Bandang
Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling penting: mitigasi banjir bandang. Ini bukan cuma soal gimana caranya kita biar nggak kena banjir, tapi gimana caranya kita ngurangin risiko dan dampaknya kalaupun banjir itu terjadi. Mitigasi itu bisa dibagi jadi dua, guys: struktural dan non-struktural. Yang struktural itu lebih ke pembangunan fisik. Contohnya, bikin tanggul penahan banjir di sepanjang sungai. Tanggul ini fungsinya buat nahan luapan air biar nggak masuk ke pemukiman. Terus, ada juga pembangunan waduk atau bendungan pengendali banjir. Waduk ini gunanya buat nampung air hujan pas lagi deras-darasnya, jadi aliran air ke hilir bisa diatur. Nggak ketinggalan, normalisasi sungai atau pengerukan sedimen juga penting biar kapasitas sungai kembali optimal. Tapi, pembangunan fisik ini kan mahal dan butuh waktu. Nah, di sinilah pentingnya mitigasi non-struktural. Ini lebih ke tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan. Yang paling utama adalah reboisasi dan penghijauan lahan, terutama di daerah hulu. Hutan yang lebat itu kan berfungsi kayak spons, nyerap air hujan dan nahan tanah. Jadi, kalau hutannya sehat, aliran air ke sungai jadi lebih terkontrol. Terus, ada juga pengaturan tata ruang. Kita nggak boleh sembarangan bangun rumah atau fasilitas di bantaran sungai atau daerah resapan air. Ini penting banget buat mencegah penyempitan aliran sungai dan menjaga keseimbangan ekosistem. Edukasi dan sosialisasi ke masyarakat soal *bahaya banjir bandang dan cara menyelamatkan diri* juga masuk mitigasi non-struktural. Semakin masyarakat sadar dan siap, semakin kecil risikonya. Pembuatan sistem peringatan dini yang sudah kita bahas tadi juga termasuk mitigasi non-struktural yang sangat efektif. Intinya, mitigasi banjir bandang itu butuh pendekatan yang komprehensif, gabungan antara pembangunan fisik yang tepat sasaran dan tindakan pencegahan serta kesiapsiagaan yang melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah sampai masyarakat paling bawah. *Upaya pencegahan banjir bandang* harus dilakukan secara berkelanjutan.
Tindakan Pencegahan Struktural
Kalau kita bicara soal tindakan pencegahan struktural banjir bandang, ini adalah upaya-upaya yang melibatkan pembangunan fisik untuk mengendalikan aliran air. Salah satu yang paling umum kita lihat adalah pembangunan tanggul. Tanggul ini dibuat di sepanjang bantaran sungai untuk menahan air agar tidak meluap ke daratan, terutama di daerah pemukiman padat penduduk. Tanggul yang kokoh dan dirancang dengan baik bisa jadi benteng pertahanan pertama kita. Selain tanggul, ada juga pembangunan waduk atau bendungan pengendali banjir. Fungsinya mirip tanggul, tapi skalanya lebih besar. Waduk ini mampu menampung volume air yang sangat besar saat curah hujan tinggi, lalu airnya dilepaskan secara bertahap ke hilir sehingga aliran air tidak menjadi banjir bandang. *Manfaat bendungan pengendali banjir* ini sangat signifikan dalam meredam puncak banjir. Kemudian, ada juga upaya normalisasi dan pengerukan sungai. Seiring waktu, sungai bisa mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur dan sampah. Dengan mengeruk sedimen dan sampah, serta melebarkan aliran sungai, kapasitas sungai untuk menampung air akan meningkat. Ini membuat air lebih lancar mengalir dan mengurangi risiko luapan. Di beberapa daerah, dibangun juga saluran drainase atau kanal banjir buatan yang berfungsi mengalihkan sebagian aliran air ke area lain yang lebih aman atau langsung ke laut. Tujuannya adalah mengurangi beban sungai utama. Nggak lupa, pembangunan struktur pengendali sedimen di daerah hulu, seperti sabo dam atau check dam, juga sangat penting. Struktur ini berfungsi untuk memperlambat aliran air dan menangkap material sedimen (lumpur, batu) sebelum sampai ke sungai utama, sehingga mengurangi potensi terbentuknya banjir bandang yang membawa material hanyutan. *Teknik rekayasa sipil untuk pengendalian banjir* ini memang membutuhkan investasi besar, tapi dampaknya dalam jangka panjang bisa sangat signifikan dalam melindungi masyarakat dari ancaman banjir bandang.
Tindakan Pencegahan Non-Struktural
Selain pembangunan fisik, tindakan pencegahan non-struktural banjir bandang juga sama pentingnya, guys. Ini lebih ke arah pengelolaan dan kesiapsiagaan. Yang paling mendasar adalah penataan ruang dan pengelolaan lahan. Pemerintah perlu tegas mengatur daerah mana saja yang boleh dibangun dan mana yang tidak. Daerah aliran sungai, daerah resapan air, dan lereng-lereng curam itu nggak boleh dijadikan area pemukiman atau industri. Ini penting banget buat menjaga keseimbangan alam. Terus, reboisasi dan konservasi hutan di daerah hulu itu hukumnya wajib. Hutan itu ibarat pelindung alami yang bisa menahan air hujan, mencegah erosi, dan menjaga kualitas air sungai. Kalau hutannya gundul, ya siap-siap aja terima akibatnya. Nggak kalah penting adalah edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat. Kita perlu terus-menerus ngasih tahu bahaya banjir bandang, cara membaca tanda-tanda alam, cara membuat jalur evakuasi di rumah, dan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana. *Pentingnya kesadaran masyarakat akan bencana* ini nggak bisa dianggap remeh. Kalau masyarakatnya sadar, mereka bisa lebih siap dan nggak panik saat bencana datang. Pembuatan sistem peringatan dini yang efektif, baik yang berbasis teknologi maupun komunitas, juga termasuk pencegahan non-struktural. Dan yang nggak boleh dilupakan adalah pengelolaan sampah yang baik. Sampah yang dibuang sembarangan ke sungai itu bisa menyumbat aliran air dan memperparah banjir. Jadi, mulai dari diri sendiri, buang sampah pada tempatnya. Pencegahan non-struktural ini sifatnya berkelanjutan dan membutuhkan partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat. *Strategi mitigasi banjir bandang non-fisik* ini seringkali lebih efektif dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Jadi, guys, dari obrolan kita panjang lebar tadi, bisa disimpulkan kalau banjir bandang itu memang fenomena alam yang perlu kita waspadai banget. Datangnya cepat, arusnya deras, dan dampaknya bisa sangat merusak, mulai dari korban jiwa sampai kerusakan infrastruktur dan lingkungan. Penyebabnya pun kompleks, mulai dari curah hujan ekstrem, kerusakan hutan, sampai kerusakan daerah aliran sungai. Tapi, bukan berarti kita harus pasrah gitu aja, lho. Justru, dengan kita paham apa itu banjir bandang, penyebabnya, dan dampaknya, kita jadi bisa lebih siap. Peringatan dini itu kuncinya. Baik yang didukung teknologi canggih maupun yang berbasis kearifan lokal dan komunitas, informasi dini itu bisa menyelamatkan banyak nyawa. Dan yang nggak kalah penting adalah mitigasi. Baik mitigasi struktural kayak bangun tanggul dan bendungan, maupun mitigasi non-struktural kayak reboisasi, penataan ruang, dan edukasi masyarakat. Semua itu harus berjalan beriringan. Peran komunitas itu sangat vital. Mereka adalah garda terdepan yang paling tahu kondisi lapangan dan paling cepat merespons. Jadi, mari kita tingkatkan kewaspadaan, saling mengingatkan, dan berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan dan mitigasi banjir bandang. Karena keselamatan kita dan keluarga itu adalah prioritas utama. Ingat, bencana itu bisa terjadi kapan saja, tapi dengan kesiapan, kita bisa mengurangi risikonya. *Pentingnya kesiapsiagaan bencana banjir bandang* adalah tanggung jawab kita bersama.
Lastest News
-
-
Related News
Javier Ponce In La Rosa De Guadalupe: A Deep Dive
Alex Braham - Nov 13, 2025 49 Views -
Related News
Explorando A Indústria Petrolífera Em Angola
Alex Braham - Nov 15, 2025 44 Views -
Related News
Logo UKRIMAU: Sejarah Dan Makna
Alex Braham - Nov 13, 2025 31 Views -
Related News
Conquer Your Minecraft Survival World: A Comprehensive Guide
Alex Braham - Nov 15, 2025 60 Views -
Related News
IWWW Vacation Club: Dues, APCOM, And Everything You Need
Alex Braham - Nov 16, 2025 56 Views