Overhead variance adalah selisih antara biaya overhead yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead yang dianggarkan. Nah, guys, kalau kamu lagi berkutat dengan dunia akuntansi atau manajemen biaya, pasti sering banget deh dengar istilah ini. Memahami dan mampu menghitung overhead variance itu penting banget, lho. Kenapa? Karena ini bisa jadi alat yang ampuh buat mengontrol biaya, meningkatkan efisiensi, dan akhirnya, meningkatkan profit perusahaan. Mari kita bedah lebih dalam mengenai cara menghitung overhead variance, mulai dari pengertian dasar, jenis-jenisnya, hingga contoh soalnya.

    Memahami Konsep Dasar Overhead Variance

    Oke, guys, sebelum kita mulai menghitung, mari kita samakan persepsi dulu. Overhead itu apa sih sebenarnya? Gampangnya, overhead itu adalah semua biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Contohnya apa aja? Banyak! Mulai dari biaya sewa gedung, biaya listrik, biaya penyusutan mesin, gaji bagian administrasi, sampai biaya asuransi. Nah, overhead variance itu, seperti yang sudah disinggung di awal, adalah selisih antara biaya overhead yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead yang dianggarkan. Anggaran ini dibuat di awal periode, jadi kita punya patokan biaya yang diharapkan. Kalau biaya sebenarnya lebih besar dari anggaran, berarti ada unfavorable variance alias ada yang nggak beres. Kalau lebih kecil, berarti favorable variance, bagus dong!

    Kenapa sih overhead variance itu penting? Bayangin aja, tanpa mengontrol overhead, biaya produksi bisa membengkak tanpa kita sadari. Ini bisa mengurangi laba perusahaan, bahkan bisa bikin perusahaan rugi. Dengan menghitung overhead variance, kita bisa tahu di mana letak inefisiensi atau pemborosan. Misalnya, ternyata biaya listrik membengkak karena mesin-mesin boros energi. Dengan begitu, kita bisa mengambil tindakan perbaikan, misalnya mengganti mesin atau mencari sumber energi yang lebih hemat. Jadi, overhead variance bukan cuma sekadar angka-angka di laporan keuangan, tapi juga alat untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

    Komponen Utama dalam Perhitungan Overhead Variance

    Dalam perhitungan overhead variance, ada beberapa komponen penting yang perlu kita pahami. Pertama, ada biaya overhead yang sebenarnya (actual overhead). Ini adalah semua biaya overhead yang benar-benar dikeluarkan selama periode tertentu. Kita bisa dapatkan data ini dari catatan akuntansi perusahaan. Kedua, ada biaya overhead yang dianggarkan (budgeted overhead). Ini adalah jumlah biaya overhead yang direncanakan di awal periode. Anggaran ini biasanya dibuat berdasarkan volume produksi yang diharapkan. Ketiga, ada tarif overhead (overhead rate). Ini adalah tarif yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead ke produk atau jasa yang dihasilkan. Tarif ini biasanya dihitung per jam tenaga kerja langsung (direct labor hours) atau per jam mesin (machine hours). Rumusnya adalah: Tarif Overhead = Total Biaya Overhead yang Dianggarkan / Total Dasar Alokasi (misalnya, jumlah jam tenaga kerja langsung).

    Jadi, sebelum mulai menghitung, pastikan kamu punya data yang lengkap dan akurat tentang ketiga komponen ini. Jangan sampai ada yang kelewat, ya! Karena kalau ada data yang salah, hasil perhitungan variance juga pasti salah.

    Jenis-Jenis Overhead Variance

    Ada dua jenis utama overhead variance yang perlu kita ketahui: variable overhead variance dan fixed overhead variance. Masing-masing jenis ini punya cara perhitungan dan interpretasi yang berbeda. Mari kita bahas satu per satu.

    Variable Overhead Variance

    Variable overhead variance mengukur selisih antara biaya overhead variabel yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead variabel yang dianggarkan. Biaya overhead variabel itu apa aja, sih? Contohnya adalah biaya bahan bakar mesin, biaya listrik untuk produksi, atau biaya bahan pembantu yang jumlahnya berubah seiring dengan volume produksi. Variable overhead variance dibagi lagi menjadi dua jenis:

    1. Variable Overhead Spending Variance: Mengukur selisih antara biaya overhead variabel yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead variabel yang dianggarkan berdasarkan tingkat aktivitas yang sebenarnya. Rumusnya adalah: Variable Overhead Spending Variance = (Actual Variable Overhead Rate - Budgeted Variable Overhead Rate) x Actual Activity Level. Misalnya, kalau tarif listrik yang sebenarnya lebih tinggi dari yang dianggarkan, akan ada unfavorable variance.
    2. Variable Overhead Efficiency Variance: Mengukur selisih antara volume aktivitas yang sebenarnya dengan volume aktivitas yang dianggarkan, dikalikan dengan tarif overhead variabel yang dianggarkan. Rumusnya adalah: Variable Overhead Efficiency Variance = (Actual Activity Level - Standard Activity Level) x Budgeted Variable Overhead Rate. Misalnya, kalau perusahaan menggunakan lebih banyak jam mesin dari yang dianggarkan, akan ada unfavorable variance.

    Fixed Overhead Variance

    Fixed overhead variance mengukur selisih antara biaya overhead tetap yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead tetap yang dianggarkan. Biaya overhead tetap itu contohnya apa? Misalnya, biaya sewa gedung, biaya penyusutan mesin, atau gaji manajer pabrik. Fixed overhead variance juga dibagi menjadi dua:

    1. Fixed Overhead Spending Variance: Mengukur selisih antara biaya overhead tetap yang sebenarnya terjadi dengan biaya overhead tetap yang dianggarkan. Rumusnya: Fixed Overhead Spending Variance = Actual Fixed Overhead - Budgeted Fixed Overhead. Variance ini menunjukkan apakah perusahaan berhasil mengendalikan biaya overhead tetap sesuai dengan anggaran.
    2. Fixed Overhead Volume Variance: Mengukur selisih antara biaya overhead tetap yang dianggarkan dengan biaya overhead tetap yang dialokasikan ke produk. Rumusnya: Fixed Overhead Volume Variance = (Actual Production - Budgeted Production) x Fixed Overhead Rate. Variance ini muncul karena perbedaan antara volume produksi yang direncanakan dengan volume produksi yang sebenarnya. Jika produksi lebih rendah dari yang dianggarkan, biasanya akan ada unfavorable variance.

    Cara Menghitung Overhead Variance: Step by Step

    Oke, sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu-tunggu: cara menghitung overhead variance! Tenang, guys, caranya nggak sesulit yang dibayangkan kok. Ikuti langkah-langkah berikut ini:

    1. Kumpulkan Data: Kumpulkan semua data yang diperlukan, yaitu biaya overhead yang sebenarnya terjadi, biaya overhead yang dianggarkan, tarif overhead, dan tingkat aktivitas yang sebenarnya (misalnya, jam tenaga kerja langsung atau jam mesin).
    2. Hitung Variable Overhead Spending Variance: Gunakan rumus yang sudah dijelaskan di atas. Bandingkan tarif overhead variabel yang sebenarnya dengan tarif overhead variabel yang dianggarkan. Kalikan hasilnya dengan tingkat aktivitas yang sebenarnya.
    3. Hitung Variable Overhead Efficiency Variance: Gunakan rumus yang sudah dijelaskan di atas. Bandingkan tingkat aktivitas yang sebenarnya dengan tingkat aktivitas yang seharusnya (berdasarkan standar). Kalikan hasilnya dengan tarif overhead variabel yang dianggarkan.
    4. Hitung Fixed Overhead Spending Variance: Gunakan rumus yang sudah dijelaskan di atas. Bandingkan biaya overhead tetap yang sebenarnya dengan biaya overhead tetap yang dianggarkan.
    5. Hitung Fixed Overhead Volume Variance: Gunakan rumus yang sudah dijelaskan di atas. Bandingkan volume produksi yang sebenarnya dengan volume produksi yang dianggarkan. Kalikan hasilnya dengan tarif overhead tetap.
    6. Analisis Hasil: Setelah menghitung semua variance, analisis hasilnya. Apakah ada unfavorable variance atau favorable variance? Cari tahu penyebabnya. Apakah ada pemborosan? Apakah ada inefisiensi? Ambil tindakan perbaikan jika diperlukan.

    Contoh Soal Perhitungan Overhead Variance

    Studi Kasus:

    Perusahaan ABC memproduksi produk X. Berikut adalah data terkait overhead untuk bulan Januari:

    • Biaya Overhead yang Dianggarkan: Rp 50.000 (terdiri dari Rp 20.000 variabel dan Rp 30.000 tetap)
    • Jam Tenaga Kerja Langsung yang Dianggarkan: 10.000 jam
    • Tarif Overhead Variabel yang Dianggarkan: Rp 2 per jam tenaga kerja langsung
    • Tarif Overhead Tetap yang Dianggarkan: Rp 3 per jam tenaga kerja langsung
    • Biaya Overhead yang Sebenarnya: Rp 55.000 (terdiri dari Rp 25.000 variabel dan Rp 30.000 tetap)
    • Jam Tenaga Kerja Langsung yang Sebenarnya: 11.000 jam

    Perhitungan:

    1. Variable Overhead Spending Variance
      • Tarif Overhead Variabel yang Sebenarnya = Rp 25.000 / 11.000 jam = Rp 2.27 per jam
      • Variable Overhead Spending Variance = (Rp 2.27 - Rp 2) x 11.000 jam = Rp 3.000 (Unfavorable)
    2. Variable Overhead Efficiency Variance
      • Variable Overhead Efficiency Variance = (11.000 jam - 10.000 jam) x Rp 2 = Rp 2.000 (Unfavorable)
    3. Fixed Overhead Spending Variance
      • Fixed Overhead Spending Variance = Rp 30.000 - Rp 30.000 = Rp 0 (Tidak ada variance)
    4. Fixed Overhead Volume Variance
      • Produksi yang Dianggarkan = 10.000 jam / Rp 3 per jam = 3,333 Unit
      • Fixed Overhead Volume Variance = (11.000 jam - 10.000 jam) x Rp 3 = Rp 3.000 (Unfavorable)

    Kesimpulan:

    • Terdapat unfavorable variance pada variable overhead spending dan efficiency, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengeluarkan biaya variabel lebih besar dan menggunakan lebih banyak jam tenaga kerja langsung dari yang dianggarkan.
    • Tidak ada variance pada fixed overhead spending, artinya biaya overhead tetap terkendali.
    • Terdapat unfavorable variance pada fixed overhead volume, yang kemungkinan disebabkan oleh produksi yang lebih tinggi dari yang dianggarkan.

    Analisis dan Tindakan Perbaikan

    Setelah kita menghitung overhead variance, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis. Apa sih sebenarnya yang menyebabkan variance tersebut? Apakah ada masalah dalam pengendalian biaya? Apakah ada inefisiensi dalam proses produksi?

    Mengidentifikasi Penyebab Variance

    Analisis yang mendalam akan membantu kita mengidentifikasi penyebab variance. Misalnya, jika ada unfavorable variance pada variable overhead spending, kita perlu mencari tahu kenapa tarif variabel lebih tinggi dari yang dianggarkan. Apakah harga bahan bakar naik? Apakah ada pemborosan listrik? Jika ada unfavorable variance pada variable overhead efficiency, kita perlu mencari tahu kenapa perusahaan menggunakan lebih banyak jam tenaga kerja langsung dari yang seharusnya. Apakah ada masalah dalam perencanaan produksi? Apakah ada mesin yang rusak?

    Mengambil Tindakan Perbaikan

    Setelah penyebab variance teridentifikasi, kita bisa mengambil tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan ini bisa berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Beberapa contohnya:

    • Jika ada pemborosan biaya, kita bisa mencari cara untuk mengurangi pemborosan tersebut. Misalnya, mengganti lampu dengan lampu LED yang lebih hemat energi.
    • Jika ada masalah dalam perencanaan produksi, kita bisa memperbaiki perencanaan produksi agar lebih efisien.
    • Jika ada mesin yang rusak, kita bisa memperbaiki atau mengganti mesin tersebut.
    • Jika ada masalah dalam pengendalian biaya, kita bisa memperketat pengendalian biaya.

    Selain itu, kita juga bisa melakukan evaluasi kinerja secara berkala. Evaluasi kinerja ini bisa dilakukan dengan membandingkan kinerja aktual dengan anggaran. Dengan melakukan evaluasi kinerja secara berkala, kita bisa memantau efektivitas tindakan perbaikan yang telah diambil.

    Kesimpulan

    Overhead variance adalah alat yang sangat penting dalam manajemen biaya. Dengan memahami konsep dasar, jenis-jenis, dan cara menghitungnya, kita bisa mengendalikan biaya, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan profit perusahaan. Ingat, guys, bukan hanya sekadar menghitung angka-angka, tapi juga melakukan analisis dan mengambil tindakan perbaikan. Dengan begitu, kita bisa memastikan perusahaan tetap kompetitif dan berkelanjutan.

    Semoga panduan ini bermanfaat, ya, guys! Kalau ada pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya. Selamat mencoba dan semoga sukses!